Senang
sekali rasanya sekolahku dipulangkan lebih awal dari biasanya karena guru-guru
akan mengadakan pertemuan dengan wali murid kelas 1. Aku sendiri sudah kelas 2.
Jam tangan yang kupakai menunjukkan pukul sepuluh tepat. Ingin segera kulahap
habis novel serial Agatha Christie yang baru kupinjam dari Rina, teman
sekelasku. Aku cepat-cepat pulang. Berbeda dengan beberapa temanku yang
berencana untuk keluyuran di Malioboro. Aku sendiri nggak suka keluyuran dengan
seragam sekolah.
Akhirnya
aku sampai di rumahku di sebuah kawasan perumahan elit. Aku hanya bisa
menyebutkan bahwa nomor rumahku adalah nomor 6 atau 9. Kenapa begitu. Kadang
ada orang iseng yang membalik papan nomor rumahku yang kebetulan dibuat oleh
papaku dan dipasang di pintu pagar. Nomor rumah yang tidak bisa diubah adalah
yang terpasang di tembok samping pintu. Hanya kecil.
Rumahku
terletak di pojok barat daya sehingga pintunya ada dua. Pintu yang menghadap
selatan adalah pintu pagar kecil selebar sekitar satu meter yang disampingnya
dipasangi saklar untuk bel yang terkadang rewel. Sedangkan pintu yang menghadap
barat adalah pintu pagar selebar 3 meter yang berhubungan dengan garasi yang
letaknya 5 meter di depannya.
Di
carport depan garasi telah ada sebuah Suzuki Karimun abu-abu milik kakakku,
Mbak Sari. Itu berarti kakakku yang kuliah semester 6 pada suatu PTN di Bandung
sedang pulang. Aku punya kakak satu lagi. Mas Wawan namanya. Dia duduk di kelas
3 pada sebuah SMU unggulan di Yogyakarta. Karena prestasinya dia dikirim ke program
pertukaran pelajar ke Australia.
Aku
biasa masuk dari pintu pagar besar ini. Lalu aku masuk rumah melalui garasi
yang terbuat dari kayu. Setiap rumahku kosong, hanya pintu garasi yang dikunci
dari luar dan kuncinya di sembunyikan pada suatu tempat yang aman di halaman
rumah. Hanya penghuni rumahku saja yang tahu tempat itu.
Ruang
garasi kosong melompong. Honda Civic hitam yang biasa dibawa Mamaku ke
kantornya di sebuah instansi pemerintahan provinsi DIY tidak ada. Papaku
sendiri bekerja di Semarang dan hanya seminggu sekali pulang. Tidak ada
pembantu di rumahku. Karena hanya aku dan Mamaku yang tinggal sehingga tidak
begitu repot dalam mengurus rumah.
Aku
lalu masuk ke ruang keluarga yang terdapat tangga yang menghubungkan lantai
bawah dengan lantai atas. Dari ruang ini kudengar suara-suara yang aneh dari
lantai atas, pelan-pelan aku naiki anak tangga satu-persatu. Lima anak tangga
lagi aku sudah sampai di lantai atas. Dari situ aku sudah bisa melihat sumber dari
suara-suara yang aneh itu.
Ternyata
suara-suara aneh itu bersumber dari sesuatu yang tidak kuduga sebelumnya.
Mamaku yang berusia 48 tahun dan Mbak Sari bergumul dengan hebatnya di atas
lantai. Tubuh mereka berdua berkeringat. Kedua pakaian yang mereka berdua pakai
sudah lepas dari tubuh mereka kecuali celana dalam dan Mamaku yang masih
memakai bra. Kedua pakaian mereka berdua berserakan di lantai.
Aku
lalu duduk di tangga dan menyaksikan adegan demi adegan. Sekarang ini Mamaku
berada di bawah. Kedua kakinya ditekuk pada lututnya. Sedangkan Mbak Sari duduk
di bawah perut Mamaku. Tubuhnya miring ke belakang dan bertumpu pada kedua kaki
Mamaku yang ditekuk. Kedua tangan mereka berdua saling berpegangan. Keduanya
saling tersenyum dan tidak sadar dengan kehadiran diriku ini.
Lalu
Mbak Sari menarik kedua tangan Mamaku. Kedua lalu setengah berdiri dengan kedua
kaki ke belakang dan memakai lutut sebagai tumpuan. Mbak Sari dengan perlahan
melepas bra yang masih dipakai Mamaku. Sedangkan kedua tangan Mamaku merangkul
leher Mbak Sari. Mbak Sari juga merangkul leher Mamaku sehingga kedua payudara
mereka berdua saling menempel. Mbak Sari dan Mamaku lalu saling menggesekkan
kedua payudara mereka berdua.
"Aaagghh.."
Desah mereka berdua.
Beberapa
saat kemudian Mamaku pada posisi merangkak. Sedangkan Mbak Sari yang duduk di
belakang Mamaku dengan perlahan melepas celana dalam yang dipakai Mamaku.
Ketika celana dalam yang dipakai Mamaku sudah turun sampai bawah paha, Mbak
Sari menjilati pantat Mamaku dengan lidahnya sambil tetap melepas celana dalam
Mamaku. Mamaku hanya bisa mendongakkan kepalanya ke atas.
"Aaahh.."
Desah Mamaku.
Celana
dalam Mamaku telah terlepas. Tetapi Mbak Sari masih tetap menjilati pantat
Mamaku dan sesekali kedua tangannya bergantian membelai paha Mamaku bagian
belakang. Mamaku tidak tahan dengan perlakuan Mbak Sari. Mamaku kemudian
membalikkan tubuhnya. Kedua kakinya ditekuk dan dikangkangkan. Vaginanya tampak
sudah mulai basah dengan cairan-cairan kenikmatan.
"Aaahh.."
Mamaku kembali mendesah.
Mbak
Sari membungkukkan tubuhnya dan dijilatinya cairan-cairan kenikmatan yang
keluar dari dalam vagina Mamaku dengan lidahnya. Kedua tangannya juga melepas
celana dalam yang dipakainya. Mamaku semakin tidak tahan. Tetapi kedua
tangannya membenamkan kepala Mbak Sari ke vaginanya. Sesekali tangan Mamaku meremas-
remas sendiri kedua payudaranya bergantian.
"Aaahh.."
Jerit Mamaku.
Jeritan
Mamaku semakin keras ketika jari tengah tangan kanan Mbak Sari keluar masuk
vagina Mamaku yang semakin banjir dengan cairan-cairan kenikmatan. Sedangkan
jari tengah tangan kiri Mbak Sari mengocok sendiri vaginanya yang juga banjir
dengan cairan-cairan kenikmatan.
Persetubuhan
Mamaku dengan Mbak Sari semakin memanas. Mbak Sari duduk bawah perut Mamaku
dengan membelakangi Mamaku. Diangkatnya kedua kaki Mamaku ke atas. Vaginanya yang
basah cairan-cairan kenikmatan digesekkan ke vagina Mamaku yang juga basah
cairan-cairan kenikmatan. Kepala Mbak Sari sesekali mendongak ke atas seiring
dengan goyangan pantat Mbak Sari ketika vaginanya saling bergesekan dengan
vagina Mamaku yang sama-sama semakin banyak mengeluarkan cairan kenikmatan.
Kedua tangan Mbak Sari dan juga kedua tangan Mamaku meremas-remas sendiri kedua
payudaranya. Keduanya juga sama-sama mendesah.
"Aaahh.."
Beberapa
menit kemudian Mbak Sari menggeser tubuhnya ke belakang. Mbak Sari lalu
menjilati cairan-cairan kenikmatan yang membasahi vagina Mamaku dengan
lidahnya. Begitu juga dengan Mamaku. Vagina Mbak Sari tepat berada di atas
mulut Mamaku. Dengan leluasa Mamaku menjilati cairan-cairan kenikmatan yang
membasahi vagina Mbak Sari.
"Aaahh.."
Desah Mbak Sari.
Persetubuhan
mereka berdua sudah berakhir. Mereka hanya saling berpelukan sambil sesekali
saling membelai beberapa bagian tubuh. Keadaanku sendiri sudah tidak karuan
lagi. Aku sendiri tidak sadar bahwa ketika melihat Mamaku dan Mbak Sari
bersetubuh, aku juga seolah-olah juga mengalaminya.
Awalnya
aku meremas-remas sendiri kedua payudaraku yang berukuran 32 dari luar pakaian
seragam sekolahku. Lalu perlahan kubuka kancing baju seragam sekolahku.
Kunaikkan kaos dalam dan miniset yang kupakai sehingga bisa kuremas secara
langsung kedua payudaraku yang semakin mengeras dengan tangan kiriku secara
bergantian. Sedangkan rok seragam sekolahku sudah tersingkap ke atas. Celana
dalam yang kupakai sudah turun sampai sebatas lutut. Jari tengah tangan kananku
keluar masuk vaginaku yang juga basah oleh cairan-cairan kenikmatan.
Sejak
awal aku melihat persetubuhan Mamaku dengan Mbak Sari, aku berusaha menahan
suara desahan yang keluar dari mulutku agar tidak bisa di dengar mereka. Tapi
begitu mereka berdua selesai, aku sudah tidak kuat lagi menahan seiring dengan
semakin kuatnya jari tengah tangan kananku dalam mengocok vaginaku yang
cairan-cairan kenikmatannya semakin banyak keluar.
"Aaahh.."
Keluarlah
jeritan panjang dari mulutku. Kulihat reaksi mereka berdua. Mereka melonggarkan
pelukan. Dari wajah mereka berdua tidak kulihat ekspresi keterkejutan. Hanya
Mamaku saja yang agak terkejut dan segera menyambar sebuah pakaian entah
miliknya sendiri atau milik Mbak Sari untuk menutupi tubuhnya.
Tidak
begitu dengan Mbak Sari yang berdiri sambil tersenyum kepadaku. Tubuhnya yang
telanjang dan basah karena keringat menghampiriku dan membimbingku untuk
berdiri. Agak susah juga untuk berdiri. Jari tengah tangan kananku masih berada
di dalam vaginaku. Akhirnya aku bisa berdiri dan kukeluarkan juga jari tengah
tangan kananku. Kurangkul tubuh Mbak Sari.
"Kok
aku nggak diajak sih, Mbak?" Kataku sambil mengusap payudara kanannya yang
berkeringat dengan tangan kananku dengan harapan Mbak Sari terangsang kembali.
Ternyata
Mbak Sari tidak terangsang. Didudukkannya aku ke kursi dan Mbak Sari sendiri
duduk di atas lantai sambil memakai kembali pakaiannya.
"Maafkan
Mbak. Mbak nggak tahu kamu telah pulang. Dan juga sebetulnya Mbak nggak ingin
kamu melihat apa yang telah dilakukan Mbak dan Mama," kata Mbak Sari
sambil membenahi pakaianku.
Kulihat
juga Mamaku telah berganti pakaian dengan pakaian rumah.
"Cukup
hanya Mama yang jadi korban perilaku Mbak. Kamu jangan sampai." Lanjut
Mbak Sari.
"Sebetulnya
waktu itu Mama yang salah." Kata Mamaku yang sedari tadi diam.
Peristiwa
itu terjadi sekitar setahun yang lalu. Waktu itu hari Minggu. Rencana
sekeluarga akan pergi ke Parangtritis. Ternyata Mamaku mengeluh kecapekan.
Mamaku minta kami berempat saja yang pergi. Mbak Sari kasihan meninggalkan
Mamaku sendirian. Sehingga hanya aku, papaku dan Mas wawan yang pergi ke
Parangtritis.
"Sar..
Kamu bisa mijit nggak?" Kata Mamaku setelah kami bertiga meninggalkan
rumah.
"Bisa."
Jawab Mbak Sari.
Kemudian
Mamaku masuk ke kamar diikuti Mbak Sari. Mamaku lalu melepas dasternya dan naik
ke atas tempat tidur hanya dengan memakai pakaian dalam. Darah Mbak Sari
berdesir melihat kondisi Mamaku yang setengah telanjang. Biasanya Mbak Sari
tidak merasakan hal-hal yang aneh ketika melihat mm sendiri setengah telanjang.
Tetapi
kali ini lain. Mbak Sari jadi teringat teman lesbinya di Bandung. Ditambah lagi
dengan tubuh Mamaku yang masih kelihatan seperti seusia sebaya dengan Mbak Sari
karena rajin fitness. Mbak Sari berusaha menghilangkan pikirannya yang
aneh-aneh.
"Ayo
cepat." Kata Mamaku yang telungkup di atas tempat tidur sambil membaca
majalah.
Mamaku
tidak melihat Mbak Sari yang melepas juga dasternya. Mbak Sari semakin
terangsang dan tidak bisa menghilangkan pikirannya yang aneh-aneh. Mbak Sari
lalu menduduki pantat Mamaku. Darah Mbak Sari semakin mendesir.
"Branya
dibuka saja ya mam?" Kata Mbak Sari lirih.
Mamaku
hanya mengangguk. Mbak Sari kemudian membuka pengait bra Mamaku. Kedua
tangannya lalu bergerak dari punggung bagian bawah sampai punggung bagian atas.
Mbak Sari berusaha serius untuk memijit Mamaku. Tetapi tidak bisa. Tanpa sadar
kedua tangannya bergerak ke bawah dan setengah meremas kedua payudara Mamaku.
"Eeehh..
Apa-apaan kamu Sar?" Kata Mamaku agak keras.
"Maaf
mam." Kata Mbak Sari sambil menghentikan remasannya.
Kedua
tangannya pindah meremas kedua pundak Mamaku. Nafsunya hilang.
"Tapi
enak juga. Teruskan yang tadi Sar." Perintah Mamaku.
Mbak
Sari merasa mendapat angin. Nafsu Mbak Sari timbul lagi. Bahkan semakin
menjadi. Mbak Sari melepas bra yang dipakainya. Kemudian kedua payudaranya
digesekkan ke punggung Mamaku. Selama beberapa menit Mbak Sari melakukan hal
tersebut.
"Hhhmm.."
Desah Mamaku.
Mbak
Sari kemudian berhenti dalam menggesekkan kedua payudaranya ke punggung Mamaku.
Mbak Sari membalikkan tubuhnya dan setengah terlentang di belakang Mamaku yang
juga kemudian terlentang. Mbak Sari melepas celana dalamnya. Tampak sekali
bahwa vagina sudah sedikit basah oleh cairan-cairan kenikmatan. Begitu juga
dengan Mamaku. Celana dalamnya tampak basah oleh cairan-cairan kenikmatan.
Mbak
Sari lalu mendekati Mamaku dan melepas celana dalam yang dipakai Mamaku.
Tangannya kemudian membelai vagina Mamaku. Dijilatinya cairan-cairan kenikmatan
pada vagina Mamaku dengan lidahnya sambil tangan kanannya membelai paha kiri
Mamaku. Sedangkan tangan kirinya meremas-remas payudara kanan Mamaku. Pada
waktu itu Mamaku juga meremas payudara kirinya sendiri dengan tangan kirinya.
Tangan kanannya meremas sprei tempat tidur. Kepala Mamaku sesekali mendongak ke
atas ketika Mbak Sari lebih dalam lagi dalam menjilat vagina Mamaku.
"Aaahh.."
Desah Mamaku.
Beberapa
saat kemudian lidah Mbak Sari semakin naik ke atas. Dijilatinya pusar Mamaku
sambil jari tengah tangan kanannya mengocok vagina Mamaku supaya cairan-cairan
kenikmatan semakin banyak keluar. Sedangkan tangan kirinya bergantian
meremas-remas kedua payudara Mamaku berebutan dengan kedua tangan Mamaku.
"Aaahh.."
Desah Mamaku lagi.
Lidah
Mbak Sari naik ke atas lagi dan menghisap payudara kiri Mamaku. Membuat punggung
Mamaku naik ke atas. Kedua tangannya membelai kedua pahanya sendiri. Kedua
tangan Mbak Sari lalu memegang kedua tangan Mamaku. Ganti payudara kanan Mamaku
dihisap oleh Mbak Sari.
Mbak
Sari kembali turun ke bawah. Puting kedua payudaranya digesekkan bergantian ke
kelentit Mamaku. Mamaku hanya bisa meremas-remas sendiri kedua payudaranya
bergantian. Cairan-cairan kenikmatan semakin banyak keluar dan menempel di kedua
puting payudara Mbak Sari.
"Aaahh.."
Desah Mamaku.
Kemudian
Mbak Sari membalikkan tubuhnya. Tubuhnya berlawanan dengan tubuh Mamaku.
Dijilatinya vagina Mamaku yang semakin banjir oleh cairan-cairan kenikmatan
dengan lidahnya. Diangkatnya pantatnya dan vaginanya yang sudah basah sejak
memijit Mamaku tepat berada di atas mulut Mamaku yang langsung juga menjilati
vagina Mbak Sari dengan lidahnya. Sesekali Mbak Sari juga menggesekkan kedua
puting payudaranya bergantian ke kelentit Mamaku.
"Sejak
saat itu Mbak dan Mama sering melakukannya setiap ada kesempatan." Kata
Mbak Sari mengakhiri ceritanya.
"Terkadang
Mama juga bohong sama kamu kalau ada tugas keluar kota. Padahal cuma ke
Bandung." Tambah Mamaku setengah tersenyum.
"Termasuk
hari ini. Karena teman lesbi Mbak pulang kampung dan Mbak nggak kuat lagi. Ya
pulang deh."
"Langsung
ke kantor Mama. Jemput Mama. Padahal ada rapat penting."
"Terus
kok Mama mau aja?" Tanyaku.
"Papamu
kan minggu lalu nggak pulang. Jadi Mama semangat diajak pulang sama Sari."
"Jadi
pingin nih." Kataku.
"Jangan.."
teriak Mamaku dan Mbak Sari hampir bersamaan.
"Cukup
Mamaku dan Sari saja yang menjalani perilaku aneh ini. Kamu masih muda.
Hiduplah yang normal." Nasehat Mamaku yang dibenarkan oleh anggukan Mbak
Sari.
"Ayoo
dong Mam, Mbak." Kataku sambil mulai membuka kembali satu persatu kancing
bajuku.
Mamaku
dan Mbak Sari terdiam beberapa saat. Lalu.
"Baiklah.
Sekali ini saja ya?" Kata Mbak Sari yang kemudian melepas semua
pakaiannya.
"Jangan
Sar." Cegah Mamaku.
Terlambat.
Mbak Sari telah menarikku masuk ke dalam kamarnya. Mamaku juga mengikuti kami.
Awalnya Mamaku hanya melihat saja bagaimana Mbak Sari yang telah telanjang
melucuti semua pakaianku tanpa tersisa. Mamaku tak tahan juga dan melepas semua
pakaiannya. Jarum jam dinding di kamar Mbak Sari menunjukkan pukul duabelas
tepat.
Dari
samping kiriku, tangan kanan Mbak Sari meremas-remas payudara kiriku dan
menjilati puting payudara kiriku dengan lidahnya. Tangan kirinya membelai
vaginaku. Sedangkan Mamaku dari samping kanan juga meremas-remas payudara
kananku dengan tangan kanannya dan tidak lupa juga menjilati puting payudara
kananku dengan lidahnya. Tangan kirinya meremas-remas pantatku.
"Aaahh.."
Desahku.
Lalu
jari tengah tangan kiri Mbak Sari mengocok vaginaku. Mamaku jongkok dan dengan
lidahnya dijilatinya vaginaku yang sudah mulai mengeluarkan cairan-cairan
kenikmatan. Mbak Sari mengikuti Mamaku dan juga menjilati vaginaku dengan
lidahnya. Aku hanya bisa memilin-milin kedua puting payudaraku bergantian
dengan tangan kiriku. Sedangkan tangan kananku berpegangan pada pinggir lemari
untuk menyangga tubuhku yang agak lemas.
"Aaahh.."
Aku kembali mendesah.
Kemudian
Mamaku duduk dan langsung menjilati cairan-cairan kenikmatan yang keluar dari
dalam vaginaku dengan lidahnya. Aku yang semakin lemas nyaris terjatuh. Mbak
Sari berdiri dan tangan kanannya menyangga pantatku. Sedangkan jari tengah
tangan kirinya masih mengocok vaginaku dan dihisapnya juga payudara kiriku.
Tangan kananku sesekali membelai vaginaku dan tangan kiriku kurangkulkan pada
leher Mbak Sari sambil sesekali juga kubelai payudara kirinya.
"Aaahh.."
Desahku tidak karuan karena tak tahan dengan perlakuan Mamaku dan Mbak Sari.
Di
bawah Mamaku juga tak tahan. Tangan kirinya yang tadi membelai kedua pahaku,
sekarang membelai vaginanya sendiri yang juga mengeluarkan cairan-cairan kenikmatan.
Jari tengah tangan kirinya mengocok vaginanya sendiri. Mbak Sari juga begitu.
Jari tengah tangan kirinya mengocok vaginanya sendiri yang sejak tadi telah
basah oleh cairan-cairan kenikmatan. Mulutnya masih menghisap payudara kiriku.
Aku
sudah tidak kuat lagi untuk berdiri. Segera saja kujatuhkan tubuhku dengan
harapan Mamaku dan Mbak Sari menghentikan dalam 'memperkosaku'. Ternyata tidak.
Mbak Sari langsung mengangkangkan kedua kakiku dan menjilati vaginaku dengan
lidahnya sambil tangan kanannya meremas-remas payudara kiriku. Sedangkan Mamaku
duduk di atas kepalaku dan membelakangi Mbak Sari. Akhirnya aku mendapatkan
cairan-cairan kenikmatan dari dalam vagina Mamaku. Dengan penuh nafsu lidahku
menjilati cairan-cairan kenikmatan itu.
Mbak
Sari lalu juga duduk diatasku. Vaginanya menempel pada vaginaku. Kami berdua
mencari-cari kelentit masing-masing untuk digesekkan satu sama lain. Pantat
Mbak Sari dan pantatku bergoyang seiring dengan kedua tangan Mbak Sari yang
meremas-remas kedua payudara Mamaku dari belakang. Mamaku yang menoleh ke
belakang menjulurkan lidahnya. Mbak Sari tahu maksud Mamaku. Sekarang lidah
Mamaku dan lidah Mbak Sari saling menjilat.
Akhirnya
kami mengalami puncak dalam beberapa menit. Kami bertiga sama-sama terlentang
di atas lantai. Kami bertiga sama-sama menarik nafas panjang. Aku sangat
kelelahan sekali dalam persetubuhanku yang pertama ini.
Rupanya
Mamaku dan Mbak Sari belum puas dengan persetubuhan itu. Mereka berdua naik ke
atas tempat tidur. Kedua duduk di atas tempat tidur. Keduanya berangkulan
pinggang. Mamaku merangkul pinggang Mbak Sari dengan tangan kanannya. Sedangkan
jari tengah tangan kirinya mengocok vagina Mbak Sari. Mbak Sari sendiri juga
merangkul pinggang Mamaku dengan tangan kirinya. Sedangkan jari tengah tangan kanannya
mengocok vagina Mamaku. Kedua lidah mereka saling berjilatan. Payudara kanan
Mamaku saling menempel dengan payudara kiri Mbak Sari dan bergesekan.
Aku
ikut naik ke tempat tidur dan terlentang di samping mereka berdua. Mbak Sari
lalu pindah ke samping kananku. Sedangkan Mamaku tetap pada posisinya di
samping kiriku. Mbak Sari menjilati tubuhku bagian kanan dengan lidahnya.
Begitu juga dengan Mamaku yang menjilati tubuhku bagian kiri. Kedua tangan
mereka berdua juga tidak berhenti bergerak. Dibelainya tubuhku bagian bawah.
Entah siapa yang memulai. Kembali vaginaku dikocok oleh jari tengah mereka
berdua sambil mereka berdua berjilatan lidah.
"Aaahh.."
Desahku.
Kembali
vaginaku mengeluarkan cairan-cairan kenikmatan. Sedangkan Mamaku menghisap
payudara kiriku dan Mbak Sari menghisap payudara kananku. Kedua tangan mereka
berdua semakin liar dalam mengocok vaginaku. Mereka berdua sesekali menjilati
puting payudaraku.
Lidah
mereka berdua turun dan berebutan dalam menjilati cairan-cairan kenikmatan yang
keluar dari dalam vaginaku. Kedua tangan mereka berdua berebutan juga dalam
meremas-remas kedua payudaraku. Aku hanya bisa menjerit-jerit. Jeritan
kenikmatan.
"Aaahh.."
Sekarang
giliran Mamaku yang menggesekkan kelentitnya ke kelentitku. Pantatnya bergoyang
dan aku juga mengimbanginya dengan goyangan walaupun diatasku duduk Mbak Sari.
Aku kebagian cairan-cairan kenikmatan yang keluar dari dalam vagina Mbak Sari. Kujilati
cairan-cairan kenikmatan itu dengan lidahku. Sedangkan Mamaku dan Mbak Sari
juga kembali berjilatan lidah. Kedua tangan mereka saling meremas-remas kedua
payudara. Sesekali juga meremas-remas kedua payudaraku.
"Aaahh.."
Desahku lagi.
Sayup-sayup
terdengar suara penjual es krim yang lewat di sekitar rumahku. Kami bertiga
berganti posisi setelah beristirahat beberapa saat. Mamaku sekarang ditengah
dan kedua tangannya membelai vaginanya sendiri. Aku merangkak di samping
kirinya dan menjilati puting payudara kiri Mamaku dengan lidahku. Tangan kiriku
juga meremas-remas payudara kiri Mamaku. Sedangkan jari tengah tangan kananku
mengocok sendiri vaginaku yang mulai keluar lagi. Mbak Sari duduk di samping
kanan Mamaku dan menjilati puting payudara kanan Mamaku dengan lidahnya. Tangan
kirinya juga meremas-remas payudara kanan Mamaku. Sedangkan jari tengah tangan
kanannya mengocok sendiri vaginanya yang juga mulai basah kembali.
"Aaahh.."
Desah Mamaku.
Aku
dan Mbak Sari lalu mengalihkan jilatan lidah ke telinga Mamaku sambil tangan
kiri tetap meremas-remas payudara Mamaku dan tangan kanan tetap mengocok vagina
masing-masing. Kemudian Mbak Sari mengangkangkan kedua kaki Mamaku. Dijilatinya
cairan-cairan kenikmatan pada vagina Mamaku dengan lidahnya. Kedua tangannya
membelai kedua paha Mamaku. Sedangkan aku kembali menghisap kedua payudara
Mamaku bergantian sambil kedua tanganku meremas-remas kedua payudara Mamaku.
"Aaahh.."
Desah Mamaku lagi.
Lalu
kubimbing Mamaku untuk duduk dengan kedua tanganku. Mulutku masih menghisap
payudara kiri Mamaku. Tangan kiriku membelai dan jari tengahnya mengocok vagina
Mamaku. Sedangkan tangan kananku membelai punggung Mamaku. Tangan kanan Mamaku
meremas-remas sendiri payudara kanannya. Sedangkan Mbak Sari dari belakangku
menjilati leherku dan kedua tangannya membelai tubuhku terutama kedua
payudaraku diremas-remasnya dari belakang.
Beberapa
saat kemudian Mbak Sari berjilatan lidah dengan Mamaku. Aku masih tetap asyik
dalam menghisap payudara kiri Mamaku. Masing-masing jari tengah tangan kanan
mengocok sendiri vagina masing-masing.
Aku
hentikan mulutku dalam menghisap payudara kiri Mamaku. Kusingkirkan tangan
kanan Mamaku dari vaginanya. Kujilati cairan-cairan kenikmatan yang keluar dari
dalam vagina Mamaku dengan lidahku. Jari tengah tangan kananku sendiri masih
mengocok vaginaku sendiri. Mamaku mendesah pelan. Mulutnya langsung disodori
payudara kiri Mbak Sari. Sedangkan Mbak Sari juga menghisap payudara kiri
Mamaku sambil tangan kirinya membelai betis kaki kiri Mamaku yang diangkat.
Kembali
aku naik ke atas. Kuhisap payudara kanan Mamaku sambil jari tengah tangan
kananku mengocok vagina Mamaku. Sedangkan jari tengah tangan kiriku mengambil
alih jari tengah tangan kananku dalam mengocok vaginaku sendiri. Mbak Sari
tetap menghisap payudara kiri Mamaku.
"Aaahh.."
Desah Mamaku.
Aku
lalu naik ke atas tubuh Mamaku dan duduk di atas perutnya. Semakin kuat kukocok
vagina Mamaku yang makin banyak mengeluarkan cairan-cairan kenikmatan begitu
juga denganku yang menggesekkan kelentitku ke kelentit Mamaku. Sedangkan Mbak
Sari yang juga duduk di belakangku dari belakang meremas-remas kedua
payudaraku. Mamaku hanya bisa menjerit lirih dan kedua tangannya meremas-remas
kedua payudara Mbak Sari dari belakang.
"Aaagghh.."
Kami bertiga secara serentak saling mendesah.
Beberapa
saat kemudian Mbak Sari mundur ke belakang dan membalikkan tubuhku. Vaginanya
langsung dijilati oleh Mamaku dengan lidahnya. Mbak Sari mengocok vaginaku
dengan jari tengah tangan kanannya. Tidak lupa juga dihisapnya payudara kananku.
Posisiku setengah berdiri dengan kedua kaki dikangkangkan. Tangan kananku
merangkul leher Mbak Sari. Sedangkan jari tengah tangan kiriku mengocok vagina
Mamaku yang berada diantara kedua kakiku.
Aku
menghindar ketika Mbak Sari akan menghisap payudara kiriku. Kujulurkan lidahku
untuk menangkap lidahnya. Kami berdua berjilatan lidah sambil kedua tangan kami
berdua saling memeluk pinggang. Jari tengah tangan kanan Mamaku mengambil alih
jari tengah tangan kiriku dalam mengocok vaginanya sendiri.
Sedangkan
tangan kirinya membelai punggung Mbak Sari.
Tiba-tiba
Mbak Sari mendorong pelan tubuhku dan mulutnya langsung mendarat dan menjilati
vagina Mamaku dengan lidahnya. Kedua tangan Mamaku membenamkan kepala Mbak Sari
ke selangkangannya. Sedangkan aku berinisiatif menjilati lubang pantat Mbak
Sari.
Mbak
Sari tidak kuat ketika jilatan lidah Mamaku ke vaginanya semakin kuat. Mbak
Sari kembali duduk dan kepalanya mendongak ke atas sambil setengah menjerit.
Segera saja vagina Mamaku yang kosong kujadikan santapan. Kujilati
cairan-cairan kenikmatan yang keluar dari dalam vagina Mamaku dengan lidahku.
"Aaahh.."
Desah Mamaku.
Mbak
Sari semakin tidak kuat. Dia kemudian berdiri dan mengangkangkan kedua kakinya.
Mamaku lalu setengah tengkurap dan dijilatinya cairan-cairan kenikmatan yang
keluar banyak dari dalam vagina Mbak Sari. Akupun mengikuti Mamaku dalam
menjilati cairan-cairan kenikmatan yang keluar dari dalam vagina Mbak Sari.
Tangan kiriku juga membelai pantat Mamaku.
"Aaahh.."
Desah Mbak Sari.
Mbak
Sari semakin tidak tahan. Dia akhirnya terjatuh dengan posisi terlentang.
Mamaku lalu turun dari tempat tidur dan membuka lemari. Akupun tidak kuat dan
merangkak untuk turun juga dari tempat tidur. Tetapi kuurungkan niatku.
Kurasakan ada yang memegang kaki kananku dan menjilati pantatku. Mamaku sendiri
telah menghampiriku sambil tangan kanannya ke belakang menyembunyikan sesuatu
yang diambil dari dalam lemari. Langsung saja kuhisap payudara kiri Mamaku yang
berdiri di tepi tempat tidur.
Mamaku
melempar benda yang ternyata dildo itu ke Mbak Sari yang kemudian menangkapnya.
Dildo karet itu berwarna merah hati dengan dua buah sisi. Panjangnya sekitar 30
cm. Dildo tersebut oleh Mbak Sari pelan-pelan dimasukkan ke vaginaku.
Dikeluarkan lagi. Dimasukkan lagi. Demikian berulang-ulang. Aku ingin menengok
ke belakang. Tetapi Mamaku memegang kepalaku dan membenamkannya ke belahan
kedua payudara Mamaku yang besar dan masih kencang.
Mbak
Sari lalu masuk diantara kedua kakiku yang mengangkang. Dia terlentang
dibawahku. Vagina Mbak Sari tepat berada dimulutku dan langsung saja kujilat
vagina Mbak Sari dengan lidahku. Dildo tersebut didorong keluar masuk vaginaku
dengan mulutnya. Mamaku menjilati dildo yang keluar masuk vaginaku tersebut.
Dildo tersebut penuh dengan cairan-cairan kenikmatanku.
"Ooohh.."
Desahku.
Mamaku
sesekali juga menjilati lubang pantatku sambil kedua tangannya membelai tubuhku
dan juga meremas kedua payudaraku dari belakang. Kedua tanganku juga membelai
kedua paha Mbak Sari yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Lidahku juga menjilati
kedua paha Mbak Sari bergantian. Sedangkan kedua puting payudaraku kegesekkan
ke kelentit Mbak Sari. Kedua tangan Mbak Sari sesekali juga menepuk pantatku.
Sesekali juga membelai kedua pahaku juga.
Aku
tidak tahan dikocok dengan dildo itu. Tubuhku limbung dan akhirnya terlentang
di samping Mbak Sari dengan dildo masih setengah didalam vaginaku. Mamaku lalu
memasukkan ujung satu dildo itu ke vagina Mbak Sari. Kulihat Mbak Sari hanya
diam. Kelihatannya Mbak Sari kelelahan. Tetapi ditumpangkannya kaki kanannya ke
kaki kiriku. Sedangkan kutumpangkan kaki kananku ke kaki kiri Mbak Sari.
Mamaku
lalu merangsangku dengan menjilati mulutku. Lidahku lalu keluar dan menjilati
lidah Mamaku. Tangan kiriku memegang dildo itu. Mamaku juga merangsang Mbak
Sari dengan memilin puting payudara kanan Mbak Sari dengan tangan kirinya.
Kami
berdua mulai bereaksi. Aku dan Mbak Sari saling dorong-mendorong dildo itu.
Sedangkan Mamaku merangkak mendekati Mbak Sari sambil payudara kanannya
menggesek paha kiriku.
Tiba-tiba.
Tet..
Tet.. Tet..
Kami
bertiga terkejut mendengar suara klakson mobil kupastikan itu suara klakson
mobil Papaku yang memang khas. Mbak Sari menengok melalui jendela di dekatnya.
Dari jendela itu dia bisa melihat halaman luar rumahku.
"Papa.
Papa pulang." Teriak Mbak Sari.
"Kalian
beresin kamar ini. Biar Mama yang bukakan pintu pagar." Kata Mamaku yang
kemudian mengambil semua pakaiannya yang tergeletak dilantai termasuk pakaian dalamnya.
Sambil
berjalan dia memakai semua pakaiannya itu. Sedangkan aku dan Mbak Sari
merapikan tempat tidur. Beruntung Papaku membunyikan klakson mobil. Kalau tidak
dan dia langsung masuk. Bisa berabe jadinya. Setelah rapi dan memakai pakaian
rumah aku dan Mbak Sari lalu turun ke lantai bawah. Papaku dan Mamaku malah
naik ke lantai atas.
Ternyata
Papaku pulang hanya sebentar. Papaku pulang untuk meninggalkan mobil dan
membawa pakaian ganti karena kantornya mengirimnya ke Singapura. Entah bohong
atau tidak. Aku tidak begitu peduli. Mungkin saja dia punya wanita idaman lain.
Kulihat jam dinding di ruang lantai atas itu. Jarum pendeknya menunjukkan angka
dua dan jarum panjangnya tepat pada angka duabelas.
Rencananya
Mamaku mau mengantar ke airport. Naik taksi ke kantornya dulu. Mengambil mobil
yang tadi kelupaan dibawa karena begitu semangatnya diajak pulang Mbak Sari.
Didalam kamar aku dan Mbak Sari menata pakaian Papaku. Sedangkan Papaku mandi
di kamar mandi sebelah kamar tidur. Mamaku entah kemana. Aku lalu turun
mengambil kantong plastik.
Kulihat
Papaku dan Mamaku yang sama-sama telanjang saling berpelukan. Tubuh keduanya
basah oleh air. Tangan Mamaku menutup pintu kamar mandi. Tapi tidak tertutup
sepenuhnya. Aku masih bisa melihat bagaimana Mamaku mengocok penis Papaku yang
besar dan panjang itu dengan tangan kanannya. Tangan kirinya berpegangan erat
dengan tangan kanan Papaku. Sementara tangan kiri Papaku meremas-remas kedua
payudara Mamaku bergantian.
Kurasakan
ada yang melepas kaosku dan kemudian memelukku dari belakang. Aku mencoba
menoleh ke belakang yang disambut jilatan lidah Mbak Sari ke lidahku. Tangan
kanannya meremas-remas kedua payudaraku bergantian. Sedangkan tangan kirinya
masuk ke celana kulotku yang tanpa celana dalam. Jari tengahnya mengocok
vaginaku.
Tanpa
sadar, kami berdua sudah telanjang dan bergabung dengan Papaku dan Mamaku
didalam kamar mandi yang termasuk luas ini. Tubuh kami berdua juga sudah basah
oleh air. Mamaku duduk dipangkuan Papaku. Pantatnya diturun naikkan seiring
dengan keluar masuknya penis Papaku ke dalam vagina Mamaku. Aku dari samping
kiri menjilati payudara kiri Mamaku. Sedangkan Mbak Sari dari samping kanan
meremas-remas payudara kanan Mamaku.
"Aaahh.."
Desah Mamaku.
Beberapa
saat kemudian Mamaku merangkak. Aku terlentang di bawah Mamaku dan menjilati
vagina Mamaku yang masih dikocok oleh penis Papaku dari belakang yang juga
menjilati leher Mamaku dengan lidahnya. Mbak Sari mengangkangkan kedua kakiku
dan menjilati vaginaku yang sudah mengeluarkan cairan-cairan kenikmatannya.
Mamaku
merangkak ke depan dan saling berjilatan lidah dengan Mbak Sari. Penis Papaku
disentuhkan ke mulutku. Aku membuka mulutku dan keluar masuklah penis Papaku ke
dalam mulutku. Sedangkan Mbak Sari juga meremas-remas payudara kananku dengan
tangan kanannya. Jari tengah tangan kirinya mengocok vaginaku. Kedua tanganku
hanya bisa membelai kedua paha Mamaku.
Mamaku
kemudian menelentangkan tubuhnya ke lantai kamar mandi. Papaku dari belakang
kembali memasukkan penisnya ke dalam vagina Mamaku yang kemudian memiringkan
tubuhnya. Aku duduk di belakang Papaku dan tangan kiriku membelai leher penis
Papaku yang keluar masuk vagina Mamaku. Sedangkan Mbak Sari menjilati puting
payudara kanan Mamaku dengan lidahnya. Mamaku hanya bisa mendongakkan kepala
dan keluarlah jeritan kecil dari mulut Mamaku.
"Aaahh.."
Mbak
Sari membungkam jeritan Mamaku dengan menyodorkan payudara kirinya untuk
dihisap Mamaku. Papaku minta bagian untuk menghisap payudara kanan Mbak Sari.
Sedangkan aku mengeluarkan penis Papaku dan kukocok dengan tangan kiriku. Jari
tengah tangan kananku mengocok vagina Mamaku.
"Aku
mau keluar nih." Kata Papaku.
"Masukkan
lagi San." Pinta Mamaku.
Kumasukkan
kembali penis Papaku ke dalam vagina Mamaku. Papaku juga membelai paha kanan
Mamaku dengan tangan kanannya. Aku juga berbaring miring di belakang Papaku.
Kugesekkan kedua payudaraku ke punggung Papaku. Tangan kananku maju ke depan
dan meremas-remas payudara kanan Mamaku. Kepala Mbak Sari berkali-kali
mendongak ke atas. Payudara kanan Mbak Sari masih dihisap oleh Papaku.
"Aaahh.."
Desah Mbak Sari.
Papaku
akhirnya mencapai orgasme di dalam vagina Mamaku. Aku dan Mbak Sari serentak
mengangkat tubuh Mamaku. Kami bertiga bersandar pada dinding keramik kamar
mandi. Aku di samping kanan Mamaku dan Mbak Sari di samping kiri Mamaku. Papaku
masih terlentang di lantai kamar mandi. Penisnya sudah lemas. Mamaku menyentuh
penis Papaku dengan kaki kirinya. Penis Papaku kembali tegang walaupun masih
setengah.
Papaku
kembali berdiri. Secepatnya aku jongkok di depannya dan kukulum penisnya dengan
mulutku. Penis Papaku keluar masuk mulutku. Tangan kiriku juga membelai kedua
buah pelirnya. Papaku mendongak ke atas menahan nikmat. Mbak Sari dari belakang
memeluk Papaku dan menggesekkan kedua payudaranya ke punggung Papaku sambil
kedua tangannya membelai dada Papaku yang ditumbuhi bulu-bulu lebat. Mamaku kulihat
hanya duduk dan meremas-remas sendiri kedua payudaranya dengan kedua tangannya.
"Aaahh.."
Desah Papaku.
Kutelentangkan
tubuhku di lantai kamar mandi diantara kedua kaki Papaku yang mengangkang. Mbak
Sari jongkok di belakang Papaku dan diraihnya penis Papaku ke belakang.
Dijilatinya kepala penis Papaku sambil jari tengah tangan kirinya mengocok
vaginaku.
Tetapi
Papaku malah mengarahkan penisnya ke mulutku yang langsung saja mengulum penis
Papaku sambil kukocok dengan tangan kiriku. Kedua tangannya meremas-remas kedua
payudara Mamaku yang berdiri di depan Papaku. Sedangkan Mbak Sari menjilati
cairan-cairan kenikmatan yang keluar dari dalam vaginaku dengan lidahnya.
Papaku
lalu mengarahkan penisnya ke vagina Mamaku. Tetapi Mamaku malah menghindar.
Papaku lalu terlentang di lantai kamar mandi. Mamaku lalu duduk diselangkangan
Papaku. Otomatis penis Papaku masuk ke dalam vagina Mamaku yang kemudian
menaikturunkan pantatnya. Aku berdiri di samping kiri Papaku. Kupegang tangan
kiri Papaku dan kusentuhkan ke vaginaku. Sedangkan Mbak Sari yang berdiri di
samping kanan Papaku dengan nafsunya menjilati lidahku yang keluar dan tangan
kanannya meremas-remas payudara kiriku.
"Aaahh.."
Desah Mamaku tidak karuan.
Papaku
mengeluarkan penisnya dan dihisapnya vagina Mamaku yang berdiri mengangkangkan
kedua kakinya. Aku dan Mbak Sari berebutan menjilati kepala penis Papaku dan
mengocok penis Papaku. Papaku lalu berdiri dibimbing Mamaku. Dari belakang
kedua tangan Mamaku mengocok penis Papaku. Aku dan Mbak Sari duduk berdampingan
dengan mulut menerima air mani yang sedikit demi sedikit keluar dari penis
Papaku.
Air
mani Papaku tumpah di kedua payudaraku dan kedua payudara Mbak Sari. Mbak Sari
menggesekkan payudara kirinya ke payudara kananku. Lidah kami berdua menjulur
keluar menerima sisa-sisa air mani Papaku yang juga dijilati oleh Mamaku dari
samping kanan. Kedua jari tengah tangan kanan kami saling mengocok vagina yang
banjir oleh cairan-cairan kenikmatan. Jari tengah tangan kananku mengocok
vagina Mbak Sari. Sedangkan jari tengah tangan kanan Mbak Sari mengocok
vaginaku.
"Hhhmm.."
Aku
tidak kuat untuk duduk. Kutelentangkan tubuhku sambil tetap menjilati kepala
penis Papaku. Mbak Sari setengah memangku kepalaku sambil tetap juga menjilati
kepala penis Papaku bergantian denganku dan juga tangan kirinya meremas-remas
payudara kiriku. Sedangkan jari tengah tangan kanannya mengocok vaginaku.
Mamaku asyik berjilatan lidah dengan Papaku yang kedua tangannya meremas-remas
pantat Mamaku.
Akhirnya
kami berempat saling memandikan. Tetapi persetubuhan gila ini belumlah selesai.
Selesai mandi dan menghanduki tubuh, dengan tetap telanjang Mamaku menyeret
Papaku untuk masuk ke kamar. Mamaku menutup pintu kamar dan mencoba
menguncinya. Mamaku melarang aku dan Mbak Sari untuk masuk. Aku dan Mbak Sari
nekad dan saling dorong pintu dengan Mamaku. Mamaku kalah. Kami berdua berhasil
masuk.
Mamaku
marah-marah. Tetapi entah mengapa aku dan Mbak Sari didorong oleh sesuatu untuk
menghampiri Papaku yang tengah memakai celana panjang. Kami berdua memelorotkan
celana panjang yang belum sempat dikancingkan itu termasuk celana dalamnya.
Penis Papaku masih lemas. Aku dan Mbak Sari membelai kedua paha Papaku
bergantian.
Mamaku
tidak marah lagi bahkan ikut bergabung dengan kami. Kami bertiga membimbing
Papaku untuk terlentang di atas tempat tidur. Aku duduk di samping kiri Papaku.
Lalu kujilati paha kanan Papaku sambil tangan kiriku membelai leher penis
Papaku yang mulai tegang. Mbak Sari yang duduk di samping kanan Papaku membelai
dada Papaku. Sedangkan Mamaku mengangkangkan kedua kakinya tepat di atas kepala
Papaku. Papaku langsung menjilati vagina Mamaku.
"Aaahh.."
Desah Mamaku.
Penis
Papaku sudah tegang dan kukulum kepala penisnya dengan mulutku sambil tangan
kiriku mengocok leher penisnya. Kurasakan cairan-cairan kenikmatan yang mulai
keluar dari dalam vaginaku dan dijilati oleh Mbak Sari. Mbak Sari juga
meremas-remas kedua payudaraku bergantian dengan tangan kirinya. Sedangkan jari
tengah tangan kanannya mengocok sendiri vaginanya.
"Aaahh.."
Desah Papaku.
Jilatan
lidah Mbak Sari yang semakin liar pada vaginaku membuat aku terhenti dalam
mengulum penis Papaku. Aku hanya bisa meremas-remas kedua payudaraku bergantian
dengan kedua tanganku. Sedangkan Mamaku menngulum penis Papaku dengan enaknya.
Kujulurkan lidahku ke arah Papaku yang kemudian juga menangkap lidahku dengan
lidahnya.
Mamaku
menindihi tubuh Papaku dan memasukkan penis Papaku ke dalam vaginanya. Lidah
Mamaku juga berebutan dengan lidah Papaku untuk menjilati lidahku. Kedua
tangannya juga berebutan dengan kedua tangan Mbak Sari dan kedua tanganku
sendiri untuk meremas-remas kedua payudaraku. Mbak Sari sendiri masih menjilati
vaginaku dengan lidahnya. Sesekali tangan kanannya yang kecil mencoba untuk
masuk ke dalam vaginaku. Tetapi kucegah dengan kaki kiriku yang menyentakkan
tangan kanannya.
Mbak
Sari pindah ke belakang dan menjilati leher penis Papaku yang masih keluar
masuk vagina Mamaku. Tangan kanannya membelai kedua buah pelirnya. Sedangkan
aku menjilati pantat Mamaku sambil tangan kananku membelai punggung Mamaku.
Mamaku
akhirnya tumbang oleh Papaku. Mamaku terjatuh di samping kiri Papaku yang
kemudian menyodorkan penisnya untuk dikulum Mamaku. Kulihat Mbak Sari di
samping kanan Mamaku terlentang dengan kedua kaki mengangkang. Cairan-cairan
kenikmatannya banyak keluar dari dalam vaginanya. Kujilati vagina Mbak Sari
dengan lidahku. Sementara Mbak Sari juga saling berjilatan lidah dengan Papaku.
Jilatan
lidahku naik ke atas. Kujilati pusar Mbak Sari sambil tangan kananku mengangkat
punggung Mbak Sari dan kemudian memeluk pinggangnya. Lidahku semakin naik ke
atas. Sebelum saling berjilatan lidah dengan Mbak Sari, lidahku menjilati
belahan kedua payudara Mbak Sari. Jari tengah tangan kiriku mengocok vagina
Mbak Sari yang mengeluarkan cairan-cairan kenikmatan.
Lidahku
kembali turun ke bawah dan menjilati vagina Mbak Sari yang basah karena
cairan-cairan kenikmatan. Kulihat Papaku dan Mamaku berdiri dan saling
berjilatan lidah. Tangan kanan Mamaku mengocok penis Papaku dan jari tengah
tangan kirinya mengocok vaginanya sendiri.. Sedangkan kedua tangan Papaku
memeluk pinggang Mamaku.
Mamaku
lalu jongkok di depan Papaku. Mulutnya langsung mengulum penis Papaku.
Sedangkan aku sudah menindihi Mbak Sari dan menjilati vaginanya. Mbak Sari
sendiri juga menjilati vaginaku. Kedua vagina kami berdua sama-sama banjir oleh
cairan-cairan kenikmatan. Aku dan Mbak Sari berlomba untuk sama-sama mencapai
orgasme.
Aku
kalah dan jatuh terlentang di atas tempat tidur. Nafasku habis. Mbak Sari
menang. Mbak Sari lalu menghampiri Mamaku yang sedang menjilati kepala penis
Papaku. Mbak Sari membungkukkan tubuhnya untuk kemudian menjilati leher penis
Papaku dan juga kedua buah pelirnya. Kedua tangannya juga meremas-remas sendiri
kedua payudaranya.
Papaku
membimbing Mamaku untuk berdiri dan dari belakang dimasukkannya penisnya ke
lubang pantat Mamaku.. Sedangkan Mbak Sari dari belakang Papaku menggesekkan
kedua payudaranya ke punggung Papaku. Kedua tangannya maju ke depan dan
meremas-remas kedua payudara Mamaku. Jari tengah tangan kirinya masih mengocok
vaginanya sendiri.
"Aaahh.."
Desah Mamaku.
Mbak
Sari lalu pindah ke depan sambil kedua tangannya membelai tubuh Papaku dan
Mamaku. Digesekkannya kedua payudaranya ke kedua payudara Mamaku. Mbak Sari
mengeluarkan lidahnya dan menjilati lidah Mamaku yang dari tadi terjulur
keluar. Kelentit Mbak Sari digesekkan juga ke kelentit Mamaku. Kedua tangan
Mamaku meremas-remas pantat Mbak Sari.
Beberapa
saat kemudian Mamaku lemas. Mbak Sari jongkok dan mengeluarkan penis Papaku
dari lubang pantat Mamaku. Mamaku lalu bergeser ke dekatku. Dia duduk
menyandarkan punggungnya ke sandaran tempat tidur. Mbak Sari lalu dengan
nafsunya mengocok penis Papaku. Mulutnya sudah terbuka dan lidahnya dijulurkan.
Keluarlah air mani Papaku yang kemudian ditelan oleh Mbak Sari. Aku sendiri
ingin bangkit dan bergabung kembali. Tetapi rupanya aku benar-benar kelelahan.
Aku terjatuh kembali dan menindihi Mamaku yang langsung memelukku.
Mbak
Sari masih menjilati sisa-sisa air mani Papaku ketika terdengar bunyi telepon.
Kami berempat akhirnya sadar akan apa yang telah kami lakukan. Mamaku
mengangkat telepon kemudian menyusul Papaku yang telah masuk kamar mandi.
Sedangkan aku dan Mbak Sari masih termenung di atas tempat tidur.
Ternyata
telepon dari kantor Papaku yang memberitahukan bahwa Papaku akan dijemput oleh
mobil kantor. Tetapi Mamaku tetap ikut pergi juga untuk mengambil mobilnya.
Kami berdua tinggal dirumah dan menonton televisi dengan berdiam diri. Jam
dinding di ruang keluarga berdentang sebanyak empat kali.
"Mbak.
Cerita dong Mbak." Kataku memecahkan keheningan sore.
"Cerita
apa?"
"Pengalaman
Mbak dengan teman Mbak yang lesbi itu."
"Nggak
ah. Nanti kamu terangsang."
"Nggak
kok."
"Kalau
iya. Gimana coba?"
"Tampar
saja aku."
"Benar.
Ditampar."
"Benar.
Dilengan saja. Sekerasnya sampai aku sadar."
"OK
deh."
Suatu
sore satu setengah tahun yang lalu. Mbak Sari mengerjakan tugas kuliah dengan
temannya yang bernama Ana. Lalu mereka berdua mengobrol tentang berbagai hal.
Sampai,
"Kamu
pernah bersetubuh nggak Sar?" Tanya Ana.
"Kamu
sendiri?" Mbak Sari malah balik bertanya.
"Belum."
"Kamu
pingin nyoba?"
"He
eh."
"Nyoba
sama aku yuk."
"Boleh.
Siapa yang jadi cowoknya?" Kata Ana sambil membuka kaosnya.
Mbak
Sari kaget melihat reaksi Ana. Padahal dia hanya bercanda. Perkiraannya Ana akan
menolak ajakannya.
"Nggak
kok. Aku cuma bercanda." Kata Mbak Sari sambil menyodorkan kaos Ana yang
sudah dilepas.
"Kamu
curang. Aku sudah setengah telanjang nih." Kata Ana sambil menubruk Mbak
Sari.
Akhirnya
tanpa sadar Mbak Sari dan Ana saling melepaskan pakaian. Keduanya duduk
menyamping di tepi tempat tidur. Mbak Sari dari belakang membelai bahu Ana. Ana
menolehkan kepalanya ke belakang. Dilihatnya Mbak Sari yang matanya setengah
terpejam sedang menjulurkan lidahnya. Ana juga menjulurkan lidahnya menangkap
lidah Mbak Sari. Mbak Sari juga meremas-remas kedua payudara Ana dari belakang
dengan kedua tangannya.
Ana
lalu mendorong tubuh Mbak Sari sehingga Mbak Sari jatuh terlentang. Ana ganti
meremas-remas kedua payudara Mbak Sari dengan kedua tangannya. Payudara kirinya
digesekkan ke belahan kedua payudara Mbak Sari. Sedangkan payudara kanannya
diremas-remas oleh Mbak Sari dengan tangan kirinya.
Beberapa
saat kemudian Ana menyodorkan payudara kanannya ke mulut Mbak Sari yang
langsung menghisapnya. Tangan kiri Ana meremas-remas payudara kanan Mbak Sari.
Sedangkan payudara kiri Mbak Sari diremas-remasnya sendiri dengan tangan
kirinya. Tangan kanan Mbak Sari membelai vaginanya sendiri yang mulai basah oleh
cairan-cairan kenikmatan.
Ana
kemudian menindihi Mbak Sari dan tangan kanannya meremas payudara kanan Mbak
Sari sambil lidahnya menjilati puting payudaranya. Kaki kiri Mbak Sari
menindihi tubuh Ana yang kemudian menurunkan jilatan lidahnya ke vagina Mbak
Sari. Mbak Sari hanya bisa meremas-remas sendiri kedua payudaranya dengan kedua
tangannya.
"Aaahh.."
Desah Mbak Sari.
Ana
kembali naik ke atas tubuh Mbak Sari. Dijilatinya leher Mbak Sari dengan
lidahnya. Lidah Ana segera menangkap lidah Mbak Sari yang menjulur keluar.
Kedua puting payudaranya bergesekan dengan kedua puting payudara Mbak Sari.
Kedua tangan Mbak Sari membelai pinggang Ana. Kedua kaki Mbak Sari juga
diangkat ke atas dan memeluk tubuh Ana.
Mbak
Sari lalu membalikkan tubuh Ana sehingga kini Ana terlentang di atas tubuh Mbak
Sari dengan kepala menindihi payudara kanan Mbak Sari tepat pada pipinya. Kedua
tangan Mbak Sari meremas-remas kedua payudara Ana yang jari tengah tangan
kanannya mengocok sendiri vaginanya yang basah oleh cairan-cairan kenikmatan.
Sedangkan tangan kirinya membelai paha kiri Mbak Sari.
"Aaahh.."
Desah Ana.
Mbak
Sari menurunkan tubuh Ana. Tangan kanan Ana menangkap payudara kiri Mbak Sari
dan langsung saja dijilatinya puting payudara kiri Mbak Sari dengan lidahnya.
Mbak Sari menggeser tubuhnya ke samping lagi. Tangan kanan Ana ganti menangkap
payudara kanan Mbak Sari dan meremas-remasnya. Sedangkan Mbak Sari dari
belakang tidak mau kalah. Tangan kirinya memilin puting payudara kiri Ana dan
sekaligus tangan kanannya membelai vagina Ana. Hal ini membuat Ana mendesah tak
karuan.
"Aaahh.."
Tangan
kanan Mbak Sari lalu naik ke atas dan meremas-remas payudara kanan Ana yang
telah menjilati juga puting payudara kanan Mbak Sari. Ana lalu membalikkan
tubuhnya dan setengah berdiri dengan kedua kaki ditekuk ke belakang. Kedua
puting payudaranya digesekkan ke kedua puting payudara Mbak Sari yang juga
setengah berdiri dengan kedua kaki ditekuk ke belakang. Kedua tangan mereka
berdua saling berpegangan pada pinggang.
Mbak
Sari lalu merangkak mau menjauhi Ana. Tetapi kedua kakinya ditangkap oleh Ana.
Kedua payudara Ana digesekkan ke pantat Mbak Sari yang membuat Mbak Sari jatuh
telungkup. Ana langsung membalikkan tubuh Mbak Sari dan mau menindihi Mbak
Sari. Mbak Sari kemudian menumpangkan kaki kanannya ke tubuh Ana.
Ana
hanya bisa berbaring miring di samping Mbak Sari.
Payudara
kanan Mbak Sari bergesekan dengan payudara kiri Ana. Keduanya saling
menjulurkan lidah. Tangan kanan Mbak Sari membelai bagian belakang leher Ana.
Sedangkan jari tengah tangan kirinya mengocok sendiri vaginanya. Jari tengah
tangan kanan Ana juga mengocok vaginanya. Tangan kirinya membelai paha kanan
Mbak Sari yang menindihi pinggangnya.
Ana
lalu duduk di atas mulut Mbak Sari. Vaginanya yang basah oleh cairan-cairan
kenikmatan dijilati Mbak Sari dengan lidahnya. Jari tengah tangan kanan Ana
mengocok vagina Mbak Sari. Tubuhnya semakin menindihi tubuh Mbak Sari. Kedua
puting payudaranya digesekkan ke kelentit Mbak Sari bergantian sampai akhirnya
Ana juga menjilati vagina Mbak Sari dengan lidahnya.
Ana
kemudian membalikkan tubuhnya dan turun dari tubuh Mbak Sari. Disilangkannya
kedua kakinya dengan kedua kaki Mbak Sari. Kelentit Ana dan kelentit Mbak Sari
saling menempel. Ana dan Mbak Sari sama-sama saling mendorong pantatnya supaya
kelentit mereka berdua bisa bergesekan. Kedua tangan mereka berdua juga
meremas-remas sendiri kedua payudaranya.
"Aaahh.."
Ana dan Mbak Sari saling mendesah tidak karuan.
Selama
dua minggu sejak peristiwa itu keduanya saling menghindar dan berdiam diri
ketika ketemu di kampus. Keduanya melakukan persetubuhan kembali ketika tanpa
sengaja sama-sama masuk ke toilet. Ketika Ana keluar dari toilet, Mbak Sari
yang tergesa-gesa menabraknya. Keduanya jatuh. Mbak Sari menindihi Ana. Tanpa
sadar mereka berdua berciuman. Ana dan Mbak Sari tenyata sama-sama ketagihan
tetapi juga berusaha untuk tidak terjerumus ke dunia lesbi sehingga saling
menghindar ketika bertemu. Ternyata Ana dan Mbak Sari tidak bisa menolak lagi
untuk melakukan persetubuhan.
Aku
mendengarkan cerita Mbak Sari dengan menahan nafsu dan menahan nafas. Justru
Mbak Sari yang salah tingkah dan tidak kuat menahan nafsunya. Dia berlari ke
lantai atas dan masuk ke kamarnya. Aku mengikutinya dan berhenti di pintu
kamarnya. Dia mengambil sesuatu dari dalam lemarinya. Beberapa buah dildo.
Sebuah dildo merah hati dengan dua kepala yang tadi siang telah dipakai. Sebuah
dildo coklat dengan tali karet yang besarnya hampir sama dengan punya Papaku.
Sebuah dildo hitam dengan vibrator sepanjang 20 cm. Dan sebuah dildo putih
sepanjang 20 cm.
Mbak
Sari melepas semua pakaiannya. Kelihatannya Mbak Sari tidak tahu kalau aku
mengikutinya. Diambilnya dildo yang terakhir. Mbak Sari lalu terlentang di atas
tempat tidur dan dikangkangkannya kedua kakinya. Pelan-pelan dildo itu masuk ke
vaginanya. Mengocok vaginanya. Aku dibuatnya terangsang. Kulepas juga semua
pakaianku.
"Jangan
San." Teriak Mbak Sari mencegahku.
Tapi
aku nekad. Aku berbaring miring di samping kiri Mbak Sari. Tangan kiriku
memegang dildo yang tadi dipegang Mbak Sari. Sekarang aku yang mengocok vagina
Mbak Sari. Sedangkan tangan kanan Mbak Sari mengangkat ke atas kaki kanannya. Tangan
kirinya menumpangkan kaki kirinya ke pinggangku. Kuambil dildo merah hati
dengan tangan kananku.
Kumasukkan
dildo merah hati ke dalam vaginaku. Sedangkan ujung satunya kumasukkan ke
vagina Mbak Sari menggantikan dildo putih yang kini menari-nari di belahan
kedua payudaraku. Kudorong dildo merah hati keluar masuk vaginaku dan juga
vagina Mbak Sari. Kami berdua sama-sama menahan desahan dengan menjulurkan
lidah.
Mbak
Sari rupanya tidak respon dengan perbuatanku sehingga kukeluarkan dildo merah
hati tersebut dari dalam vaginaku. Aku lalu meletakkan dildo putih dan
mengambil dildo hitam. Kemudian aku duduk di samping Mbak Sari yang mengocok
sendiri vaginanya dengan dildo merah hati. Dildo hitam tersebut kugesekkan
dibelahan kedua payudara Mbak Sari dengan tangan kananku sementara tangan
kiriku mengeluarkan dildo merah hati dari dalam vagina Mbak Sari serta
meletakkannya ke meja kecil samping tempat tidur.
Dildo
hitam tersebut kuturunkan ke bawah dan meliuk-liuk di sekitar vagina Mbak Sari
yang sudah basah oleh cairan-cairan kenikmatan. Mbak Sari meremas-remas
payudara kanannya dengan tangan kanannya. Mbak Sari lalu merebut dildo hitam
itu dengan tangan kirinya dan kemudian dikulumkan ke mulutnya sendiri.
Seolah-olah dildo hitam itu adalah penis seorang laki-laki.
Kujilati
vagina Mbak Sari dengan lidahku sambil kuambil kurebut kembali dildo hitam dari
tangan Mbak Sari. Kumasukkan dildo hitam ke dalam vagina Mbak Sari sambil tetap
kujilati vaginanya dengan lidahku. Tangan kanan Mbak Sari meremas-remas
payudara kanannya. Tangan kirinya mengambil dildo putih dan dikulumkan ke
mulutnya.
Tiba-tiba
Mbak Sari mendorong aku sampai jatuh terlentang. Mbak Sari berusaha membalikkan
tubuhku. Dengan sekuat tenaga aku melawan. Kudorong tubuhnya juga sampai Mbak
Sari jatuh terlentang juga dan langsung kutindihi supaya Mbak Sari tidak
mendorongku lagi. Mbak Sari berusaha membalikkan keadaan. Tapi aku tidak mau
kalah. Kami berdua berpelukan dan bergulingan di atas tempat tidur.
Kami
berdua akhirnya kelelahan. Setelah mengambil nafas aku menungging mengambil
dildo putih yang tadi terjatuh ke lantai. Rupanya Mbak Sari lebih cepat. Mbak
Sari mengambil dildo hitam dan dikocoknya ke vaginaku. Tubuhku tidak bisa
bergerak. Kedua tanganku hanya bisa meremas-remas sprei tempat tidur walaupun
aku berhasil mengambil dildo putih.
"Aaahh.."
Desahku.
Mbak
Sari juga mengambil dildo putih dari tanganku dan berusaha memasukkannya ke
pantatku.
"Jangan
Mbak. Jangan pantat. Sakiit.." Jeritku.
Mbak
Sari akhirnya berhenti. Berhenti. Aku menarik nafas panjang. Ternyata tidak.
Mbak Sari mengambil dildo coklat. Tali karetnya diikatkan ke pinggangnya. Mbak
Sari jadi mirip seperti seorang laki-laki. Hanya saja Mbak Sari memasang dildo
tersebut agak ke atas sehingga dia mirip laki-laki dengan penis dan vagina.
Dihampirinya aku yang telah duduk di atas tempat tidur. Dildo coklat disodorkan
ke mulutku. Aku mengulumnya.
Tangan
kanan Mbak Sari meremas-remas payudaranya dan berusaha dijilatinya sendiri
putingnya dengan lidahnya. Sedangkan tangan kirinya mengambil dildo putih dan
dikocokkan ke vaginanya sendiri sambil memasukkan dildo coklat ke dalam
vaginaku. Tidak lupa dia mendorong tubuhku untuk terlentang. Sedangkan dia
merangkak diatasku.
"Aaahh.."
Desahku.
Rupanya
Mbak Sari belum puas dengan hanya dua buah dildo. Mbak Sari mengambil dildo
hitam dan dengan perlahan dimasukkan ke lubang pantatnya sendiri. Dikeluarkan
lagi. Dimasukkan lagi. Akhirnya dikocokkan ke lubang pantatnya. Dia mendesah
tidak karuan. Aku yang juga mendesah tidak karuan membungkam mulutnya dengan
jilatan lidahku yang segera dijilati oleh lidah Mbak Sari.
Beberapa
saat kemudian Mbak Sari mengeluarkan dildo putih dari dalam vaginanya dan dildo
hitam dari dalam lubang pantatnya. Diletakkannya kedua dildo tersebut
disampingnya. Mbak Sari menindihi tubuhku dan menaikturunkan pantatnya. Dildo
coklat yang dipakai Mbak Sari mengocok vaginaku yang semakin basah oleh
cairan-cairan kenikmatan. Kedua payudaranya bergesekan dengan kedua payudaraku.
Kuangkat kedua kakiku. Kami berdua masih berjilatan lidah.
Mbak
Sari kembali duduk sambil mengangkat kedua kakiku dan ditumpangkan ke
pundaknya. Mbak Sari masih mengocok vaginaku dengan dildo coklat. Kuremas-remas
sendiri kedua payudaraku dengan kedua tanganku. Sesekali kepalaku mendongak ke
atas. Sesekali juga kedua tanganku membelai vaginaku sendiri dan juga membelai
kedua betis Mbak Sari yang menjepit pinggangku.
"Aaahh.."
Desahku.
Akhirnya
Mbak Sari mengeluarkan dildo coklatnya. Mbak Sari duduk dan membelai dildo
coklat yang basah oleh cairan-cairan kenikmatanku. Aku merangkak mendekati Mbak
Sari. Kujilati dildo coklat dengan sambil tangan kiriku dari belakang mengocok
vaginaku dengan dildo putih. Mbak Sari juga mengocok vaginanya dengan dildo
hitam dan sesekali dikulumkan ke mulutnya sendiri.
Kulepaskan
ikatan tali karet dildo coklat dari pinggang Mbak Sari. Kujilati cairan-cairan
kenikmatan yang keluar dari dalam vagina Mbak Sari dengan lidahku. Tangan kanan
Mbak Sari menekan kepalaku dan tangan kirinya meremas-remas payudara kirinya.
Aku membantunya dengan meremas-remas payudara kanannya dengan tangan kiriku.
"Aaahh.."
Desah Mbak Sari.
Cairan-cairan
kenikmatan dari dalam vaginaku juga banyak keluar sehingga tubuhku naik ke atas
tubuh Mbak Sari dengan kedua tangan berpegangan pada dinding kamar. Vaginaku
tepat dijilati Mbak Sari dengan lidahnya. Mbak Sari mengocok vaginanya sendiri
dengan jari tengah tangan kanannya. Sementara tangan kiri Mbak Sari bergantian
meremas-remas kedua payudaraku yang bergantungan dan bergoyang diatasnya.
Tubuhku
turun dan menduduki selangkangan Mbak Sari. Mbak Sari juga duduk. Kedua kaki
kami saling bersilangan. Kedua tangan kami saling membelai kedua payudara.
Kemudian dilanjutkan saling meremas-remas kedua payudara. Entah siapa yang
mulai. Aku dan Mbak Sari telah saling menggesekkan kedua payudara. Kelentit
kami berdua juga saling bergesekan. Semakin lama semakin menggairahkan. Aku dan
Mbak Sari saling mendesah tidak karuan.
"Aaahh.."
Kelentitku
dan kelentit Mbak Sari bergesekan terus dan mengeluarkan cairan-cairan
kenikmatan sampai akhirnya aku tidak sadar apa yang telah terjadi. Sekelilingku
gelap. Aku pingsan
Aku
bangun dari pingsanku. Mbak Sari tidak berada di kamarnya yang telah gelap.
Hanya sedikit cahaya lampu dari luar kamar. Dari sedikit cahaya itu kulihat jam
dinding di kamar Mbak Sari. Jarum panjangnya menunjuk angka sebelas dan jarum
pendeknya menunjuk angka delapan.
Aku
berdiri dan keluar dari kamar Mbak Sari dengan masih telanjang. Vaginaku terasa
sakit. Dildo merah hati berada di dalam vaginaku dan menggantung keluar. Entah
apa yang dilakukan Mbak Sari ketika aku pingsan. Kukeluarkan dildo merah hati
itu. Ingin kubalas perlakuan Mbak Sari terhadapku waktu aku pingsan tadi.
Kudengar suara air dari kamar mandi bawah. Aku turun dan kubawa juga dildo
merah itu.
Aku
masuk ke kamar mandi berdinding dan berlantai keramik yang ada tubnya itu. Tub
yang bisa muat untuk empat orang itu setengah terisi air. Kulihat Mbak Sari
berdiri dalam tub dan sedang menyabuni tubuhnya yang sudah penuh dengan sabun.
Mbak Sari menyelupkan kedua tangannya ke dalam air dan disiramkan ke tubuhku.
Aku masuk ke dalam tub. Rasa balas dendamku hilang. Yang ada perasaan gairah
yang mengebu-gebu. Kulepaskan dildo merah hati dan kurebut sabun dari tangan
Mbak Sari.
Lalu
kedua tanganku menyabuni kedua payudara Mbak Sari. Ketika itu aku hampir
terpeleset dan berpegangan pada pinggang Mbak Sari. Mbak Sari lalu membalikkan
tubuhku. Dari belakang Mbak Sari merebut kembali sabun dari tanganku dan
disabuninya kedua payudaraku. Disabuninya juga seluruh tubuhku dari belakang.
Diputar-putarnya kedua telapak tangannya ke kedua payudaraku.
"Aaahh.."
Desahku.
Kupegang
tangan kanannya dan kuremas-remas ke payudara kananku. Sedangkan tangan kiriku
memegang tangan kiri Mbak Sari yang memegang sabun. Tangan kiri kami berdua
saling meremas dan membuat sabun itu terjatuh ke dalam air. Kubimbing tangan
kiri Mbak Sari untuk membelai vaginaku.
Mbak
Sari malah mengocok vaginaku dengan jari tengah tangan kirinya sementara tangan
kanannya masih meremas-remas payudara kananku dan lidahnya menjilati leherku.
Tangan kiriku bergerak ke belakang dan meremas-remas pantat Mbak Sari.
Tidak
lama aku dalam meremas-remas pantat Mbak Sari. Sampai Mbak Sari menempelkan
tubuhnya ke punggungku dan agak mendorongnya ke depan. Selangkangannya
menggesek pantatku. Leherku masih dijilatinya dengan lidahnya. Kudongakkan
kepalaku ke belakang. Kocokan jari tengah tangan kirinya semakin liar.
Kuremas-remas sendiri payudara kiriku dengan tangan kiriku sendiri.
"Aaahh.."
Desahku.
Aku
tidak tahan dengan perlakuan Mbak Sari. Aku melepaskan diri dari pelukannya.
Tetapi Mbak Sari memegangi kedua kakiku. Dia duduk di belakangku dan kedua
tangannya membelai kedua pahaku. Dijilatinya juga kedua pahaku dengan lidahnya.
Aku agak maju ke depan. Kedua tanganku berpegangan pada dinding kamar mandi.
Mbak Sari masih membelai kedua pahaku bahkan lidahnya menjilati pantatku.
Kugesekkan kedua payudaraku pada dinding kamar mandi.
"Aaahh.."
Desahku lagi.
Kubalikkan
tubuhku dan duduk di tepi tub. Kukangkangkan kedua kakiku dengan harapan
vaginaku yang sudah mengeluarkan cairan-cairan kenikmatan dijilati Mbak Sari
dengan lidahnya. Ternyata tidak. Mbak Sari memegang kaki kiriku dan dijilatinya
jari-jari kakiku dengan lidahnya sambil kedua tangannya membelai kedua betisku.
Lidahnya
semakin naik ke atas dan akhirnya menjilati vaginaku. Tangan kanannya
meremas-remas kedua payudaraku bergantian. Sedangkan tangan kirinya
meremas-remas kedua payudaranya sendiri bergantian. Aku sendiri ingin meremas-remas
kedua payudara Mbak Sari. Tetapi kedua tanganku kupakai buat bertumpu pada tepi
tub.
"Aaahh.."
Desahku.
Lidah
Mbak Sari kembali menelusuri paha kananku. Ke bawah. Kebetis. Dan jari-jari
kaki kananku dijilatinya dengan lidahnya. Kugeser tubuhku agar bisa bersandar
pada dinding kamar mandi. Kedua tanganku bisa meremas-remas sendiri kedua
payudaraku. Jempol kaki kanan Mbak Sari menggesek kelentitku. Sedangkan jempol
kaki kirinya menari-nari di belahan kedua payudaraku.
"Aaahh.."
Aku kembali mendesah.
Beberapa
saat kemudian aku berdiri dan kukangkangkan kedua kakiku di depan Mbak Sari
yang langsung menjilati cairan-cairan kenikmatan yang membasahi vaginaku dengan
lidahnya. Kedua tangan Mbak Sari juga membelai kedua pahaku dan betisku. Kedua
tanganku hanya bisa membelai dinding kamar mandi. Sesekali kugesekkan kedua
payudaraku ke dinding kamar mandi.
"Aaahh.."
Desahku.
Kuturunkan
tubuhku dan telungkup di dalam air. Mbak Sari duduk di pojokan tub. Kedua
kakinya dikangkangkan. Aku merangkak dan menjilati betis dan paha kanan Mbak
Sari. Sedangkan tangan kanan Mbak Sari meremas-remas payudara kanannya sendiri
dan tangan kirinya menyabuni punggungku.
"Aaahh.."
Desah Mbak Sari.
Lalu
kubalikkan tubuhku dan duduk di dalam air. Kujilati vagina Mbak Sari yang mengeluarkan
cairan-cairan kenikmatan dengan lidahku. Tangan kananku membelai betis kiri
Mbak Sari dan tangan kiriku membelai vaginaku sendiri. Sedangkan tangan kanan
Mbak Sari menyabuni kedua payudaranya bergantian dan tangan kirinya membelai
paha kirinya sendiri.
"Aaahh.."
Mbak Sari kembali mendesah.
Aku
agak kaget ketika jempol kaki kiri Mbak Sari digesekkan ke kelentitku. Aku jadi
semakin bersemangat dalam menjilati vagina Mbak Sari. Kedua tangan Mbak Sari
membelai tubuhnya sendiri dan sesekali diremas-remasnya kedua payudaranya. Aku
mengambil sabun dari tangan Mbak Sari dan kusabuni sendiri kedua payudaraku
sampai berbusa.
"Aaahh.."
Desah Mbak Sari lagi.
Kemudian
aku berhenti dalam menjilati vagina Mbak Sari dengan lidahku. Aku setengah
berdiri dengan kedua kaki ke belakang. Kupeluk pinggang Mbak Sari yang kemudian
juga setengah berdiri. Kutempelkan kedua payudara ke kedua payudara Mbak Sari.
Kedua payudara kami yang penuh busa saling gesek. Kami bersama-sama mendesah.
"Aaahh.."
Kami
berdua saling berjilatan lidah. Persetubuhan ini menjadi semakin panas. Jari
tengah tangan kananku mengocok vagina Mbak Sari. Sedangkan vaginaku sendiri
juga dikocok oleh Mbak Sari dengan jari tengah tangan kanannya. Sementara
tangan kiri kami berdua saling meremas-remas kedua payudara yang masih tetap
bergesekan.
Mbak
Sari lalu mengangkat kedua kakinya dan berpijak pada tepi tub. Sedangkan kedua
tangannya berpegangan pada tepi tub pada sisi yang lain. Kedua kakinya yang
mengangkang membuatku mudah dalam menjilati vagina Mbak Sari yang banjir oleh
cairan-cairan kenikmatan. Kedua tanganku juga meremas-remas pantatnya. Sesekali
kuremas-remas kedua payudaranya yang menggantung diatasku.
"Aaahh.."
Desah Mbak Sari.
Beberapa
menit kemudian Mbak Sari turun ke bawah. Sekarang giliranku yang naik ke atas.
Tapi aku hanya duduk. Aku tidak kuat untuk bertumpu dengan kedua kaki dan
tangan. Mbak Sari tidak mau tahu. Langsung saja dijilatinya vaginaku dengan
lidahnya. Kedua tangannya membelai tubuhku dari bawah ke atas terutama kedua
payudaraku. Sesekali juga jari tengah tangan kanannya mengocok vaginaku.
"Aaahh.."
Kali ini aku yang mendesah.
"Sar.
San. Dimana kalian?"
Teriak
Mamaku dari luar kamar mandi. Suaranya menjauh. Langkah sepatunya naik ke
lantai atas. Hanya beberapa langkah lalu turun lagi. Kami berdua tetap asyik
saja di dalam kamar mandi. Aku dan Mbak Sari duduk di dalam tub dan saling
mencipratkan air yang sudah bercampur dengan sabun. Mbak Sari memegang selang
shower dan disemprotkan ke arahku.
"Waah.
Kalian ninggalin Mama ya." Kata Mamaku yang rupanya telah berada di depan
pintu kamar mandi.
Mamaku
tengah melepas kancing bajunya. Mbak Sari menyemprotkan air ke arah Mamaku.
Mamaku berusaha menghindar sambil tetap melepaskan semua pakaiannya. Mamaku
lalu masuk ke dalam tub dan merebut selang dari tangan Mbak Sari. Disemprotnya
payudara kanan Mbak Sari. Sedangkan tangan kiriku meremas-remas payudara kiri
Mbak Sari sambil menjilati lehernya.
"Aaahh.."
Desah Mbak Sari.
Kedua
tangan Mbak Sari meremas-remas sendiri kedua payudaranya. Kujilati puting
payudara kanan Mbak Sari dengan lidahku sambil tangan kananku membimbingnya
untuk terlentang. Mamaku mematikan air selang dan meletakkan ketempatnya
kembali. Lidahnya lalu menjilati leher Mbak Sari yang kemudian mengeluarkan
lidahnya. Mamaku dan Mbak Sari saling berjilatan lidah.
Kemudian
Mamaku menjilati puting payudara kiri Mbak Sari. Lidahnya bertemu dengan
lidahku. Aku dan Mamaku saling berjilatan lidah. Sedangkan Mbak Sari berdiri
dan akan meninggalkan tub. Kedua tanganku menahannya. Kupeluk tubuh Mbak Sari
dari belakang sambil kedua tanganku membelai kedua pahanya. Kugesekkan kedua
payudaraku ke pantat Mbak Sari. Sedangkan Mamaku dari belakangku menjilati
punggungku dengan lidahnya.
Mbak
Sari tidak kuat untuk berdiri. Dia lalu duduk di pojokan tub dan mengangkangkan
kedua kakinya. Aku duduk di depan Mbak Sari dan kujilati cairan-cairan
kenikmatan yang keluar dari vaginanya dengan lidahku. Sementara Mamaku masih
menjilati punggungku sambil tangan kanannya meremas-remas payudara kananku dan
tangan kirinya meremas-remas payudara kanan Mbak Sari.
"Aaahh.."
Desah Mbak Sari.
Tubuh
Mbak Sari merosot ke bawah. Aku berdiri dan kukangkangkan kedua kakiku. Mbak
Sari langsung menjilati vaginaku dengan lidahnya. Sementara Mamaku keasyikan
menjilati punggungku. Jari tengah tangan kanannya mengocok vaginaku. Sedangkan
tangan kirinya meremas-remas payudara kiriku.
"Aaahh.."
Desahku.
Mamaku
lalu menggesekkan kedua payudaranya ke pantatku. Aku masih berdiri dengan
berpegangan pada dinding kamar mandi. Mbak Sari menghentikan menjilati vaginaku
dengan lidahnya. Mbak Sari lalu berdiri di belakang Mamaku dan menggesekkan
kedua payudaranya ke punggung Mamaku. Kami bertiga saling berlomba dalam
mendesah.
"Aaahh.."
Beberapa
saat kemudian tubuh Mbak Sari meluncur turun ke dalam air. Mamaku lalu duduk
dibawahku dan bersandar di tepi tub menghadap ke arah Mbak Sari.
Dikangkangkannya kedua kakiku dan dijilatinya cairan-cairan kenikmatan yang
semakin banyak keluar dari dalam vaginaku dengan lidahnya. Mbak Sari lalu duduk
di pangkuan Mamaku. Kedua kakinya ditekuk dan menjepit pinggang Mamaku. Kedua
payudaranya bergesekan dengan kedua payudara Mamaku.
Kali
ini tubuhku meluncur turun ke dalam air. Mamaku dan Mbak Sari lalu berdiri dan
saling membelai kedua payudara. Aku juga ikut berdiri. Mamaku menggeser
tubuhnya agak menyamping dan tangan kanannya membelai pipiku. Sementara tangan
kirinya membelai punggung Mbak Sari. Tangan kiri Mbak Sari juga membelai
punggung Mamaku. Sedangkan tangan kanannya membelai payudara kanan Mamaku. Payudara
kiri Mamaku sendiri menempel pada payudara kanan Mbak Sari.
"Hhhmm.."
Desah Mamaku dan Mbak Sari.
Mamaku
lalu menempelkan payudara kanannya ke payudara kiri Mbak Sari. Kedua payudara
mereka berdua saling menggesek seiring dengan kedua lidah mereka yang saling
berjilatan. Aku masih berdiri di belakang Mamaku dan menjilati telinga
kanannya. Kedua payudaraku menggesek punggung Mamaku. Mamaku menolehkan
kepalanya sehingga lidahnya menjilat lidahku. Sedangkan lidah Mbak Sari
menjilati telingan kiri Mamaku.
Tanpa
dikomando aku dan Mbak Sari bersamaan menurunkan jilatan lidah ke kedua
payudara Mamaku. Aku menjilati puting payudara kanan Mamaku dan Mbak Sari
menjilati puting payudara kiri Mamaku. Kami bertiga sama-sama juga pindah dan
menurunkan pantat untuk duduk di lantai kamar mandi.
Mbak
Sari masih menjilati puting payudara kiri Mamaku. Jari tengah tangan kirinya
mengocok vagina Mamaku yang basah oleh cairan-cairan kenikmatan. Sedangkan aku
kembali berjilatan lidah dengan Mamaku. Tangan kiriku merangkul leher Mamaku
yang jatuh terlentang ke belakang. Payudara kiriku menempel ke payudara kanan
Mamaku. Kedua tangan Mamaku juga aktif dalam membelai tubuhku dan juga tubuh
Mbak Sari.
Jilatan
lidah Mbak Sari turun ke bawah dan menjilati vagina Mamaku yang masih juga
dikocoknya dengan jari tengah tangan kirinya. Sedangkan aku juga menurunkan
jilatan lidahku ke puting payudara kanan Mamaku sambil tangan kananku
meremas-remasnya. Sedangkan tangan kiriku mengambil dildo merah hati dan
kugesekkan ke kedua payudaraku.
"Aaahh.."
Desah Mamaku.
Kubungkam
desahan Mamaku dengan mendudukinya. Vaginaku yang banyak mengeluarkan
cairan-cairan kenikmatan dijilatinya dengan lidahnya. Sedangkan tangan kananku
meremas-remas payudara kiriku. Kukulumkan dildo di tangan kiriku untuk membungkam
jeritan-jeritan kenikmatan yang keluar dari mulutku. Mbak Sari masih menjilati
vagina Mamaku dengan lidahnya sambil kedua tangannya meremas-remas kedua
payudara Mamaku.
Aku
turun dari kepala Mamaku dan duduk bersandar di dinding kamar mandi. Kumasukkan
salah satu ujung dildo merah hati ke vaginaku. Mbak Sari menghampiriku dan
duduk di depanku. Mbak Sari lalu memasukkan ujung dildo merah hati yang satunya
ke vaginanya. Mamaku juga ikut duduk dan membenarkan posisi dildo merah hati
yang masuk ke vaginaku dan vagina Mbak Sari.
Aku
dan Mbak Sari tanpa dikomando saling dorong mendorong dildo merah hati
tersebut. Kadang dildo merah hati itu masuk agak dalam ke dalam vaginaku. Kadang
masuk agak dalam ke dalam vagina Mbak Sari. Mamaku hanya melihat aksi kami
berdua dengan meremas-remas kedua payudaranya sendiri. Aku dan Mbak Sari juga
meremas-remas sendiri kedua payudara.
"Aaahh.."
Desah kami bertiga
Beberapa
menit kemudian Mbak Sari mengeluarkan dildo merah hati dari dalam vaginanya.
Cairan-cairan kenikmatan banyak keluar dari dalam vaginanya. Dikeluarkannya
juga dildo merah hati dari dalam vaginaku yang juga mengeluarkan banyak
cairan-cairan kenikmatan. Mbak Sari lalu menyilangkan kedua kakinya dengan
kedua kakiku. Kelentit kami berdua saling menempel. Kuikuti goyangan tubuh Mbak
Sari sehingga kedua kelentit kami saling bergesekan. Sedangkan Mamaku mengambil
dildo merah hati. Setelah dikulumnya beberapa saat lalu dikocokkan ke dalam
vaginanya. Kami bertiga secara serentak menjerit panjang.
"Aaahh..
Aaahh.. Aaahh..".
Tamat
terima kasih gan atas infony...
BalasHapusvimax asli
viagra
viagra asli
klg
vimax