aku nemuin surat milik Saskia, teman sekamarku waktu
aku lagi bersih-bersih kamar. Waktu aku baca, isi surat itu bener-bener bikin
aku berkeringat dingin. Surat itu dari Salma, seorang janda muda yang tinggal
di rumah induk. Dan isinya, Salma pingin ketemuan sama Saskia dan Salma pingin
berhubungan badan dengan Saskia. What? Maksudnya, Saskia lesbian? Gawat! Jadi
selama ini aku sekamar dengan lesbi? Tapi kenapa Salma pingin tidur dengan Saskia
ya? Apa dia juga lesbi?
“Aku nggak tahan lagi, Sas. Sudah lama hatiku kering,
dan aku merindukan pelukan yang hangat dan mesra. Tapi, aku nggak mau ambil
resiko. Jadi aku rasa aku mau menuruti tawaranmu. Malam ini rumah induk sepi.
Aku tunggu kau di kamarku jam tujuh.” Begitu penggalan surat Salma.
Jam tujuh kurang seperempat. Aku sudah siap di kamar
Bella, sebelah kamarnya Salma. Beruntung, karena dua hari lalu ketika Bella
hendak pulang dia menitipkan kunci kamarnya ke aku. Segera aku cari tempat yang
strategis buat ngintip suasana kamar Salma. Pas! Ada lobang angin-angin yang
menghubungkan kamar Bella dan kamar Salma. Dan dengan mudah dan jelas aku bisa
mengintip ke kamar Salma.
Salma sedang duduk menyisir rambutnya di depan meja
rias. Wajah ayunya dihiasi dengan senyum. Matanya yang sayu berkali-kali
memandangi jam dinding. Benar juga, nampaknya Salma menanti seseorang. Jam
tujuh kurang lima menit. Tok.. tok.. tok..
“Salma.. ini aku, Saskia.”
Salma membukakan pintu kamarnya. Nampak Saskia tersenyum
manis sambil menyapa, “Hai!”. Busyet! Kayak ngapel ke rumah pacar saja,
batinku.
Saskia segera masuk dengan mengunci pintu kamar.
Dipandanginya wajah Salma sesaat. Dibelainya wajah halus Salma yang tanpa
cacat. Tapi nampaknya Salma sudah tak tahan lagi. Segera diburunya bibir
Saskia. Kedua bibir yang sama-sama mengenakan lipstik itu saling melumat dan
menghisap. Bisa kubayangkan lidah-lidah mereka yang bertarung mengganas.
Tangan-tangan mereka saling meremas dan memeluk kepala pasangannya. Salma
menghisap kuat-kuat bibir Saskia, dan Saskiapun membalasnya dengan menggigit bibir
atas Salma.
Saskia segera melepaskan daster yang dikenakan Salma,
dan kemudian kembali mereka bercumbu. Daster itu meluncur turun meninggalkan
tubuh Salma yang kini tinggal berlapis BH dan CD tipis. Begitupun yang
dilakukan Salma. Dilepasnya tali kimono Saskia hingga nampak tubuh Saskia yang
berbalut lingerin hitam.
“Wah, bagus banget!” seru Salma ketika melihat
lingerin yang dikenakan Saskia. Bagus apaan! Menurutku lingerin itu
menjijikkan. Warnanya hitam lagi transparan, dan cuman menutup payudara Saskia
sampai diujung saja. Hingga kedua gumpalan payudara berukuran 36 itu bagai
ingin melompat keluar. Pakai lingerin atau bugil, kayaknya sama saja.
“Aku ingin hanya diriku yang kau puji sayang.. bukan
lingerin ini.” kata Saskia merajuk.
“Iya deh..” kata Salma kembali memburu bibir seksi
Saskia.
Bibir mereka kembali bergumul. Tangan Saskia menyusup
masuk ke balik CD Salma. Perlahan-lahan diremasnya kedua pantat kenyal Salma.
“Aah..” desis Salma keenakan.
Saskia semakin ganas meraba-raba Salma hingga kemudian
melepaskan pengait BH Salma. Penutup dada Salma itu mengendor lalu terjatuh.
Ciuman Saskia turun ke leher dan dada Salma. Tak disia-siakannya setiap inchi
dada Salma yang mungil. Dicumbuinya penuh nafsu hingga ke perut lalu berhenti
sebentar di pusarnya dan kemudian naik lagi hingga kembali ke bibir Salma.
Diperlakukan seperti itu Salma mendesis-desis penuh birahi,
“Sass.. ashh..ehmm..”.
“Sass.. ashh..ehmm..”.
Saskia mendorong Salma terlentang di atas kasur dan
menindihnya. Ciuman Saskia kembali menurun hingga ke dada Salma. Diciuminya
kedua bongkahan gunung kembar Salma yang sudah menegang. Putingnya berwarna
kecoklatan menantang. Tanpa malu ladi dimasukkannya salah satu puting itu ke
dalam mulutnya.
“Uagghh.. Sas.. ahh.. terus.. say..” gumam Salma meremas
rambut Saskia yang cepak.
Saskia meremas-remas buah dada yang baru saja
dikulumnya itu. Dan sekali-kali diplintirnya putingnya hingga membuat Salma
bergelinjangan. Dan kemudian dihisapnya kuat-kuat. Sedang telapak tangan
kirinya menekan kemaluan Salma yang masih dilapisi oleh CD.
“Saskiaa..” teriak Salma menghentak-hentak keasyikan.
“Hmm.. ehm..” gumam Saskia keenakan. Tak
dipedulikannya erangan Salma. Kedua bukit kembar Salma digarapnya bergantian.
Dikenyot-kenyotnya payudara Salma yang sudah bengkak benar bagai bayi yang amat
kehausan. Salma yang sudah lama tak merasakan kenikmatan itu bagai menikmatinya
dengan sepenuh hati.
Kupalingkan muka sejenak, karena tak tahan dengan
libidoku sendiri yang mulai terbakar. Keringat dingin yang menetes di dahiku.
Tapi aku segera kembali mengikuti permainan itu, nggak ingin rasanya tertinggal
sedetik saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar